.


Sudahkah kau mendengar sebuah cerita tentang segenggam cinta?


Mari duduk di sampingku
Kita buat cerita itu








Thursday, October 27, 2011

Kejora Di Mataku, Ratu Di Hatiku






Apa yang bersemayam di dinding
Apa yang menetap di langit-langit
Apa yang setiap wajah ku berpaling
Seutas senyum dihapus sulit

Kejora di mataku, ratu di hatiku

Apa yang menggamit cahaya
Hingga membiru gumpalan rindu
Apa yang mimpi boleh percaya
Ia luruh dekap di jiwa sendu

Simponi di telingaku, bidadari hidupku

Sunday, October 23, 2011

Teh Pahit Panas








Aku menyukai teh pahit panas
Dan pantulan wajahmu di sudut gelas
Aku terus berpikir tentang dunia
Tentang betapa ia hambar terasa
Tanpa hadirmu di sana

Seakan aku telah mengenalmu
Sejak selamanya

Istirahat usai sudah
Piring kotor disatukan
Bangku dirapatkan
Saat kembali bekerja
Kelak tak ada yang tersisa di atas meja

Tidak juga dirimu

Hanya kesadaran yang menyelinap lembut
Aku terjatuh oleh cinta

Tepat pada pukulan pertama

Thursday, October 20, 2011

Seperti Ledakan Matahari

















Adalah senyummu!
Pusaran yang menghisap kuat aku ke dalam rindu
Meski menggapai rimbun bulumatamu
Terhisap aku kian begitu

Yang  kusebut puisi!
Aku tenggelam di kedalaman matamu, bidadari

Seperti ledakan matahari
Aku menyala lalu mati

Sunday, October 9, 2011

Menangislah Pelan-Pelan













Bunga kecilku
Engkau adalah merah dalam lukisan
Manalah indah lukisan tanpa merah
ya, kan?
Maka menangislah pelan-pelan

Kalaulah hari ini tak kau temukan
Jawaban atas tumpukan doa
Biarkan. Biarkan.
Menangislah pelan-pelan

Yang kau pinta mungkin bukan yang kau butuhkan
Yang kau butuhkan takkan luput dari mata Tuhan

Aku percaya

Maka menangislah pelan-pelan
Syahdu dan sopan
Lalu ambil tisu
Keringkan!

Bila sudah selesai, mari ikut aku
Kita kunyah kenyataan
Kita ludahkan masa bodo ametan

Karena bila maut tiba
Takkan kita
kehilangan apa-apa

Tidakkah Kau Mengerti, Hujan













Nyanyikan hujan, nyanyikan
Dengarkan sepi menetes di keramaian
Oktober dan sudah mengering aku menunggu
Nyanyikan hujan dalam hentakan rindu

Dendangkan hujan, dendangkan
Simak rintik menitik pada putik penantian
Oktober dan sudah kerontang aku menunggu
Dendangkan hujan dalam kerumunan bisu

Tidakkah kau mengerti, hujan
Aku mengunyah kepayahan

Entah sampai kapan

Dan meski kini kau menari berusaha menghibur
Hujan, tak sepatah pun gundah melumer hancur